01.45

cerpen baru

Salju dalam bayanganku terus menerus turun menimbun semua benda yang tidak mau menghindar darinya. Suasana malam dingin menyelimuti anganku. Aku terus berangan - angan seperti itu. Malam bertambah kelam. Angin yang menderu – deru bagai mesin mobil yang terjebak lumpur. Dan apa yang terjadi padaku. Aku duduk di tengah hamparan salju putih di tengah kota. Hanya selembar kain syal yang lembut dan tanpa menggunakan ala skaki. Aku duduk meringkuk kedinginan, sendirian, kesepian. Aku akan mati dan mengakhiri semua kesepian yang memberendel hidupku.

Aku berdiri meninggalkan semua angan dan pikiran burukku. Aku tidak ingin cintaku berakhir dengan kematian. Aku ingin melepaskan jika memang harus dan tak ada pilihan kedua. Seminggu ini akku benar – benar kesepian. Dia dan aku kini terasa di dua ujung lorong yang tak pernah bertemu. Aku merasa semakin jauh dengan dia. Tak tahu perasaan apa yang mengerubungi diriku. Kangen ?? Kau katakan itu padaku. Entahlah. Sebenarnya aku juga bingung apakah aku benar – benar sayang atau tidak padanya. Ya..dia.. benar Hendra Hermawan. Aku pernah menangis seharian karena dia. Aku juga pernah sangat membencinya selama satu bulan SMS dan telepon dari dia tak pernah aku gubris.

Teman – temanku pun bingung seberapa besar cintaku padanya. Aku selalu menjawab “Ehhmm.... aku siiihh... sayang sama dia. Tapi juga ga senang karena LOLAnya dia. Tapi kalo kita putus, aku yakin aku bakalan nangis dan amat sangat merasa kesepian.” Walau tanpa alaan yang jelas aku benar – benar bingung. Aku takut kalau kita putus, benci kalau LOLA, sayang pas SMS-an, jahat kalau ketemu, marah kalau LOLA. YA AMPUU..NNNN !!!!! Bejubel yak...

Sekarang aku tahu kenapa banyak orang yang membenci cinta. Hanya karna alasan RUMIT !!! Ya... sekarang aku baru menyadarinya. Akupun semakin mengerti dan banyak belajar. Apalagi aku sudah pernah janji dengan diriku sendiri. “aku ga akan mau putus dengan Hendra hanya kerena masalah dari luar. Dari lain pihak yang menginginkan berakhirnya cinta yang selama ini aku jaga.” Dari masalah dari kita sendiri saja aku belum tentu mau putus. Walaupun sebenarnya aku pernah putus nyambung sama dia sampai tiga kali. Tetapi jujur saja, aku pasti langsung menyesal setelah putus itu. Hmmm.... mungkin aku trauma waktu masih sama Adhimas. Ah...sudahlah jangan pernah mengungkitnya lagi. ku tak ingin kekasihkupun tahu... kau pernah menjadi simpananku... (lho kok..)



.......

Dia sekarang ada di ruangan sebelah. Aku tetap saja memendang jauh keluar jendela, berharap nanti akan bertemu lagi... Nania sekarang sibuk memperhatikan gerakan Bu Anita yang menggores spidol di papan. Pelajaran kali ini tak sepenuhnya aku perhatikan. Buku tulisku masih berbaris rapi di ujung meja dan bolpoint Nania beradu dengan buku tulisnya. Srek...srek...tik..tik..tik..sreekk..srek.. dan di dinding.. jam dinding teus berdetak.. tik..tok..tik..tok....

Tak lama lagi pembagian raport. Aku sudah menunggu dag..dig..dug.. di luar kelas, duduk bersama Namia, sahabatku. “Tha, aku ke kantin dulu. Kamu mau ikut apa ga??” “ndak ah..” jawabku singkat. Dan Nania langsung pergi ke kantin. Dia sudah hafal kebiasaanku. Aku paling suka diam menyendiri daripada ke kantin. Dan Nania juga tahu dimana aku paling suka berdiam diri. PERPUSTAKAAN.

Ya..disana aku kini berada. Ku ambil salah satu buku hasil karya penulis Indonesia. Buku berjudul Langit Merah. Dunia seakan pergi dari tempat kakiku berpijak. Ah dunia tak indah lagi. Seketika, lewatlah sang pecintaku... dia masuk ke perpustakaan dengan mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum..” dan semua penghuni pespustakaan menjawab, “Wa’alaikum salam.” Dia membawa sebuah buku bahasa Inggris yang berjumlah dua buku. Dia menuju meja penjaga perpustakaan. Hmm... kurasa dia akan mengembalikan buku yang telah dia pinjam. “iihhh... cakepnya...”

0 komentar: